Lomba Menulis Serba Serbi Ujian Nasional
Ujian Nasional selalu saja menjadi magnet yang banyak mengurai cerita baik bagi insan pendidikan, media, pemerintah maupun masyarakat luas. Melalui event ini kami mengajak kepada rekan-rekan untuk menuliskan kisah apapun mengenai ujian nasional dari sudut pandang anda....
Saya mengajak anda mengirimkan kisah berupa:
* Persiapan menghadapi Ujian Nasional
* Pengalaman menjadi pengawas Ujian Nasional
* Kisah menarik ketika ujian nasional (berkesan, menggelikan,menyedihkan, dll)
* Ricuhnya pelaksanaan Ujian Nasional
* Ujian Nasional si Sulung
* Atau kisah apapun yang berhubungan dengan Ujian Nasional...
Syarat, Ketentuan dan Tema:
Tema: SERBA SERBI UJIAN NASIONAL
1. Naskah harus berbasis KISAH NYATA (dalam bentuk cerita, bahasa menarik, sederhana, berkesan, inspiratif dan mudah dicerna).
2. Naskah Asli karya sendiri (Ejaan utama ejaan EYD, boleh sedikit disusupi bahasa daerah, bahasa gaul yang harus dijelaskan di foot note)
3. Naskah belum pernah dipublikasi di media cetak komersial nasional dan/atau daerah
4. Maksimal mengirim 2 naskah terbaik
5. Naskah bisa dari pengalaman diri sendiri atau orang lain, bila pengalaman orang lain nama tokoh dan nama tempat harus disamarkan/DIGANTI untuk menjaga privasi.
6. Untuk Memudahkan info, komunikasi dan koordinasi, maka silahkan tag fb penyelenggara http://www.facebook.com/legophysica08
Adapun hal teknisnya
1. Ketik dalam MS Word, 4-5 halaman ukuran A4
2. font: Times New Roman, ukuran 12 spasi: 1,5 margin standar
3. Kirim ke: me_muslimnegarawan@ymail.com dan lombamenuliskisahserbaserbiun@yahoo.com
4. subject: SSUN (Judul Naskah +Nama Pengirim Naskah), misal SSUN (My Unforgottable UAN+ Tri Lego Indah )
5. KIRIM DENGAN FILE ATTACHMENT/LAMPIRKAN FILE, WORD SAVE AS: 97-2003 Document / Word Document/ Rich Text Format
(JANGAN DI BODY EMAIL)
1. Posting materi lomba di Note/catatan FB dengan men-tag Tri Lego Indah (http://www.facebook.com/legophysica08 ) , Akhi Dirman Al-amin Full (http://www.facebook.com/profile.php?id=100000482151243), Naqiyyah Syam Full (http://www.facebook.com/profile.php?id=100001120919498), Yazmin Aisyah (http://www.facebook.com/profile.php?id=1693548001) serta 20 teman lainnya.
2. SERTAKAN BIODATA SINGKAT TIPE NARASI (di akhir tulisan)
3. Pengiriman naskah lomba mulai 15 January 2011- 20 February 2011.
Satu Pemenang terbaik akan ditentukan oleh dewan juri :
1. Akhi Dirman Al Amin
2. Naqiyyah Syam
Dan satu pemenang favorite akan dipilih oleh penyelenggara lomba (Tri Lego Indah)
Hadiah :
-Satu peserta terbaik akan mendapatkan paket buku : Negeri Lima Menara+ Menjadi Pemenang Kehidupan + Skripsi Krispi
-Peserta Favorite akan mendapatkan paket buku : Menjadi Pemenang Kehidupan + Kunci Pribadi Mantap
-Untuk 20 Naskah terpilih akan diikhtiarkan ditawarkan kepada penerbit dan diusahakan launching April 2011 (saat pelaksanaan Ujian Nasional)
Info Tambahan :
Naskah yang akan dibukukan {20 Naskah Terbaik + Tulisan Dewan Juri (mb Naqy dan Akhi Dirman) + Penyelenggara (Tri Lego Indah) + Panitia (Yazmin Aisyah+Dilla Saktika Negara)}
Pengumuman pemenang 15 Maret 2011
info terupdate klik :
http://kammiunila.multiply.com/journal/item/13/Ikuti..._Lomba_Menulis_Kisah_Seba_Serbi_Ujian_Nasional_Gratis_Info_Update_
05.34 | Label: Event Kepenulisan | 2 Comments
Perjalanan Sebuah Naskah
Ditulis oleh Triani Retno, Penulis 25 Curhat Calon Penulis Beken
Salah gak?
Ya nggak dong. Wajar banget.
Ada tapinya?
Ada, dong.
Selain bisa menulis, kita juga harus bisa menunggu. Maksudnya? Maksudnya, naskah yang kita kirim ke majalah, penerbit, atau agen belum tentu akan terbit dalam waktu 2-3 bulan. Banyak sekali naskah yang ditulis dan dikirim setiap harinya. Jauh lebih banyak daripada kapasitas penerbit/majalah untuk menerbitkan atau memuat tulisan itu.
Baru mengirimkan 1-2 bulan lalu berteriak di berbagai forum bahwa penerbit X, majalah Y itu brengsek dan lelet jelas bukan hal yang bijak.
Baru mengirim 1-2 bulan lalu sudah menelepon redaksi/editor nyaris setiap hari juga tidak diharapkan.
Sabar dong, Bro. Sabar atuh, Cin. Redaksi/editor juga butuh waktu untuk bekerja, untuk memilih yang terbaik. Redaksi/editor juga manusia biasa yang butuh istirahat.
Saya pernah beberapa kali ngintip status editor sebuah majalah....wiiiw....ada 4000-an naskah yang belum terbaca sementara naskah-naskah baru terus mengalir. Kalau saya menjadi mbak editor itu, mungkin saya sudah stres berat.
Jadi, saya pun tahu diri dan mengantri tanpa banyak tanya.
Banyak yang menduga, tulisan saya lolos begitu saja tanpa seleksi. Langsung dimuat di majalah X. Langsung terbit di penerbit Y. Selama ini saya selalu posting kalau ada yang naakah saya yang dimuat/terbit/menang lomba, dan sebaliknya. Diam-diam saja kalau ditolak atau kalah. Bukan apa-apa. Saya pernah menulis status FB tentang naskah saya yang ditolak, dan ternyata responnya membuat saya miris. Banyak teman yang malah menjadi gentar, takut, dan tak berani mengirim naskah karena takut ditolak. Padahal maksud saya dengan status itu adalah: Semua penulis punya peluang sama. Sama-sama berpeluang diterima dan sama-sama berpeluang ditolak.
Kalau ditolak, so what? Kenapa, gitu? Putus asa? Mogok? Memaki-maki? Duh, Please deh...
Saya menulis cerpen dan mulai mengirimnya ke majalah sejak kelas 3 SMP. Cerpen pertama dimuat di majalah (Aneka) ketika saya kuliah semester 5. Silakan hitung berapa tahun waktu yang saya butuhkan untuk menembus majalah. Silakan mengira-ngira sendiri berapa banyak penolakan yang saya terima. Laah...pak pos nya aja sampai hafal pada nama dan wajah saya (zaman itu belum zaman internet). Bertemu di jalan pun Pak Pos akan memanggil saya, "Retno...ini ada surat buat kau dari Jakarta... tebal kali suratnya..." (waktu itu saya masih tinggal di Medan.) Tebal? Ah, berarti naskah saya kembali lagi.
Semua itu tidak instan. Tidak dalam sekedipan mata.
Sekarang pun saya tidak kebal penolakan namun saya berusaha menulis sebaik mungkin agar terhindar dari penolakan itu. Masih gagal menghindar? Mungkin bukan jodoh.
Jadi, masih mau menyerah hanya setelah 2-3 kali ditolak?
Jika memang bisa menulis, yuk kita buktikan kalau kita memang bisa.
Kalau baru merasa bisa menulis, kenapa kita tidak belajar dan berusaha untuk bisa?
Tetap semangat ya....
00.24 | Label: Tips Kepenulisan | 0 Comments
Naskah ditolak? Ya Kirim lagi!!!
Setelah duduk di bangku kuliah, saya memberanikan diri untuk mengirimkan kumpulan cerpen ke Penerbit Syamil, yang ketika itu sedang tenar-tenarnya di kalangan anak-anak Forum Lingkar Pena. Kumpulan cerpen saya, dengan sukses ditolak. Padahal, banyak kumcer yang diterbitkan oleh Syamil. Saya tidak menyerah. Saya kirimkan lagi naskah serial remaja. Hmm… ditolak lagi.
Selain Syamil, saya juga melirik DAR! Mizan. Subhanallah… penerbit yang satu itu lebih susah lagi. Tiga kali berturut-turut, naskah saya ditolak. Editornya agak kejam juga nolaknya, hehehehe…. Tapi, itu justru membuat saya semakin tertantang untuk dapat menerbitkan naskah di DAR! Mizan.
Saat Skripsi, saya berhasil menyelesaikan sebuah naskah novel, kala itu berjudul “Bias Kasih Dua Dara.” Naskah itu saya tawarkan kepada Afifah Afra, senior saya di FLP Semarang yang sudah bekerja di Penerbit Era Intermedia, Solo. Meskipun ada hubungan cukup dekat, berhubung dia ketua FLP Semarang yang pertama, dan saya Ketua FLP Semarang yang kedua, naskah saya ditolak dengan sukses. Katanya, tidak cocok untuk penerbit Era.
Alhamdulillah, tidak lama ada pengumuman lomba novel di Penerbit Gema Insani Pers. Saya ikutkan saja novel yang ditolak Afifah Afra itu ke sayembara bergengsi itu. Ternyata… naskah saya jadi pemenang kedua! Selanjutnya diterbitkan dengan judul, “Oke, Kita Bersaing!” Saya benar-benar tidak menyangka. Saya bahkan lupa tanggal pengumuman pemenang. Tiga hari sebelum nama pemenang diumumkan, saya ditelepon oleh Penerbit Gema Insani dan sudah dikabarkan lebih dulu bahwa saya menjadi pemenang kedua sayembara mengarang novel GIP. Pengumumannya bisa dilihat di Koran Republika. Alhamdulillah, saya langsung sujud syukur.
Novel “Oke, Kita Bersaing!” rupanya menjadi novel yang pertama kali diterbitkan di antara ketiga novel pemenang. Novel itu bak novel best seller saja. Di Gramedia, dipajang di rak paling depan. Penerbitnya mengatakan bahwa novelnya laris manis. Kabar terakhir, novel itu terjual lebih dari 10 ribu eksemplar dan sempat dinominasikan untuk meraih penghargaan novel best seller di IBF. Suatu kejadian mengharukan terjadi ketika saya ikut outbond bersama ibu-ibu pengajian dari seluruh Tangerang, tiga tahun setelah novel itu terbit. Usai menuliskan nama saya di daftar peserta outbond, seorang ibu menyapa saya.
“Ini benar kan Leyla Imtichanah yang menulis novel Oke Kita Bersaing?”
Saya tersenyum malu-malu. Wah, kok Ibu itu bisa tahu, ya?
“Anak saya senang sekali dengan novel Ibu. Bukunya disimpan terus. Tidak sangka sekarang saya ketemu penulisnya. Kalau anak saya ikut, dia pasti senang sekali,” ibu itu bercerita dengan gembira.
“Anak Ibu umur berapa?” tanya saya.
“Baru kelas 6 SD.”
GUBRAK! Masalahnya, novel Oke, Kita Bersaing itu adalah novel untuk anak SMA!
Nah, sejak OKB meraih penghargaan, herannya (cieeeh….) novel-novel saya berikutnya jadi gampang diterbitkan. Tidak tahu ada hubungannya atau tidak ya, tapi itulah kenyataannya. Pertama, saya mendapat telepon dari Editor Syamil, bahwa naskah saya, “True Love,” akan diterbitkan. Alhamdulillah… akhirnya, setelah dua kali kirim naskah ke Syamil, yang ketiga lolos juga.
Tidak lama, DAR! Mizan juga menelepon. Katanya, naskah saya, “Biarkan Stef Pergi,” akan diterbitkan. Editornya mengatakan, “nah, ini dia naskah yang sesuai untuk DAR. Tidak seperti naskah kamu yang dulu-dulu.” Biarpun, agak-agak menyindir, hati tetap senang. Namanya juga sedang berproses menjadi penulis, Om….
Sewaktu magang di Annida, saya dimintai naskah oleh Melvy Yendra yang baru saja pindah kerja dari Annida ke Beranda Hikmah. Empat bulan kemudian, terbitlah novel “Misteri Sanggar Cinta” di Penerbit Beranda. Sambil magang di Annida, saya juga menyempatkan menulis novel “Cinta Buat Chira” yang saya kirim ke Penerbit Lingkar Pena. Alhamdulillah, itu juga diterbitkan dengan mudah.
Terbayar sudah semua penantian saya selama menjadi penulis. Di antara semua keberhasilan itu, tetap saja ada yang gagal. Dua kali mengikuti lomba novel, keduanya gagal. Alhamdulillah, meski tak jadi pemenang, salah satu novel saya diterbitkan. Itulah “Endless Love.”
Menjadi penulis itu memang harus bermental baja. Terlebih, penulis biasanya sensitive dan gampang down (berdasarkan pengalaman sendiri dan riset kecil-kecilan terhadap teman-teman penulis). Satu yang perlu ditanamkan, bahwa otak editor yang satu tidak sama dengan otak editor yang lain. Kalau naskah ditolak oleh penerbit A, kirimkan saja ke penerbit B. Tapi, jangan berhenti untuk mengirimkan naskah ke penerbit A. Terus saja kirim. Caranya, pelajari buku-buku terbitan mereka. Naskah macam apa yang mereka inginkan. Insya Allah, suatu hari nanti, jalan untukmu pun akan terbuka.
Sekarang pun, meski saya telah menerbitkan buku sendiri, saya masih mencoba mengirimkan naskah ke penerbit. Ditolak??? MASIIIH….. Nyeri hati, tentu saja ada ketika menerima email penolakan naskah. Tapi, itu justru semakin mengasah hati saya untuk kuat menerima penolakan-penolakan. Berbeda rasanya menjadi penulis yang naskahnya sudah—pasti—diterbitkan, dengan penulis yang naskahnya harus berjuang untuk diterbitkan. Penolakan-penolakan membuat kita terus mencaritahu kelemahan naskah kita, dengan begitu kita akan berusaha untuk memperbaikinya.
So, naskah ditolak? Ya, kirim lagi..
Oleh : Leyla Imtichanah di http://www.facebook.com/notes/leyla-imtichanah/naskah-ditolak-penerbit-ya-kirim-lagi/484491292308
23.52 | Label: Tips Kepenulisan | 3 Comments
Happy New Years, bloggers!
Semuanya,
23.21 | Label: Dari Asmee Na | 0 Comments
Loves Teenlit Novel, Loves Writing, Fantasy Buff
Statistik Blog
About Me
- Asmee Na
- Just an ordinary girl who loves writing so much. Horror buff but exactly fainthearted. Follow me if you wanna be a writer too!